Cara Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit 2023
Benihperkebunan.com - Metode budidaya kelapa sawit yang terbukti meningkatkan hasil panen telah berhasil diterapkan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dan Kabupaten Riau. Bisnis kelapa sawit saat ini menjadi fokus utama di sektor perkebunan, didorong oleh potensi produksi dan nilai jual tinggi dari minyak kelapa sawit dan produk turunannya.
Pemanfaatan potensi ini menjadi krusial untuk menjaga posisi Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Dalam konteks ini, perbaikan dalam praktik budidaya kelapa sawit harus menjadi agenda utama, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan petani kelapa sawit.
Perbaikan dalam budidaya kelapa sawit dapat dimulai dengan memahami dan memenuhi syarat tumbuh kelapa sawit. Lahan yang ideal untuk budidaya kelapa sawit harus memiliki pH tanah antara 4,0-6,5, kesuburan yang baik, struktur tanah yang gembur, curah hujan 2500-3000 mm/tahun yang merata sepanjang tahun, serta suhu dan sinar matahari yang sesuai.
Setelah memastikan memenuhi syarat tumbuh, penggunaan bibit kelapa sawit unggul menjadi langkah selanjutnya. Memperoleh bibit yang sesuai dapat dilakukan melalui lembaga pemerintah atau toko bibit pertanian, dengan ciri-ciri seperti tunas berwarna putih, daun yang melebar, tempurung berwarna hitam, akar yang tidak terlalu panjang, dan batang yang pendek dan gemuk.
Baca juga: Fasilitasi Investasi Pembibitan Kelapa Sawit
Penting juga untuk memperhatikan pola tanam yang efektif dan jarak tanam yang tepat, terutama dengan memperhatikan topografi lahan. Pola tanam segitiga sama sisi menjadi pilihan efektif di dataran, sementara "viol linning" cocok untuk lahan bergelombang. Pembenah tanah hayati, seperti GDM Black BOS, dapat digunakan untuk menyuburkan kembali tanah-tanah marginal.
Waktu tanam yang tepat dalam budidaya kelapa sawit tidak memiliki patokan baku. Tanam dilakukan saat bibit siap dan lahan tersedia. Pemeliharaan yang cermat juga penting, termasuk penyulaman dan penjarangan, penyiangan, serta pemupukan sesuai umur.
Dalam menghadapi hama dan penyakit, pengendalian diperlukan. Ulat, kumbang, dan tikus menjadi hama utama, sedangkan penyakit akar dan busuk pangkal batang menjadi ancaman. Pemilihan varietas yang tahan terhadap penyakit dan penerapan praktik kebersihan lingkungan menjadi kunci dalam mengendalikan hama dan penyakit.
Baca juga: Mitos yang Ada di Industri Perkebunan Sawit
Pemanenan buah kelapa sawit menjadi tahap terakhir dalam budidaya. Buah dapat dipanen saat berumur 31 bulan, dengan tanda-tanda tertentu seperti perubahan warna dari kuning menjadi oranye, keberadaan brondolan, dan sebagainya.
Dengan menerapkan metode budidaya yang terbukti dan memperhatikan setiap aspek, diharapkan hasil budidaya kelapa sawit dapat maksimal. Langkah-langkah ini juga mendukung stabilitas produksi dan menjaga posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri minyak kelapa sawit global.
(Sukma)