Industri Benih Bertahan di Tengah Tekanan
- Hits: 3292
Meskipun perkebunan kelapa sawit menghadapi berbagai tantangan, mulai dari moratorium hingga adanya pembatasan pemanfaatan lahan gambut untuk penanaman kebun, namun industri benih sawit Indonesia masih dapat bertahan.
Saat ini ada 15 perusahaan penyedian benih kelapa sawit di Indonesia, dimana untuk tahun 2016 produsen benih sawit Indonesia masih mampu memasarkan benih hingga 60 juta kecambah. Meskipun ini merupakan penurunan dari tahun sebelumnya, namun dengan kondisi berbagai tekanan terhadap kelapa sawit nasional dan penurunan harga angka ini masih memberikan angin segar.
Untuk tahun ini lagi-lagi Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan PT Socfin Indonesia masih merajai pasar benih Indonesia. PPKS sukses membukukan pemasaran benih 19 juta kecambah, disusul Socfindo 15 juta kecambah. Sementara PP Lonsum, Bina Sawit Makmur dan Tunggal Yunus masih mampu memasarkan hingga 6 juta kecambah. Sementara produsen lainnya pada tahun ini ada umumnya di angka 1 juta.
Menurut Hasril Siregar, Direktur PPKS Medan, keberhasilan PPKS menjadi juwara pada tahun ini tidak lepas dari strategi dan program PPKS pada perkebunan rakyat. “Umumnya petani atau perkebunan rakyat memilih kecambah PPKS, karena selama ini relasi dengan segmen pasar ini kami bangun dengan baik”, jelas Hasril. Namun ia juga mengakui jika PPKS juga menyupply kecambah kepada perusahaan.
Namun Hasril Siregar optimis pasar benih masih akan tumbuh landai dalam 5 tahun mendatang mengingat masih besarnya potensi untuk peremajaan kebun, baik itu dari kebun miliki perusahaan atau juga untuk petani.
Penyediaan Benih Generasi Ketiga
Selain penyedia benih konvensional melalui persilangan saat ini sejumlah produsen benih sudah mulai mengeliat untuk menghasilkan benih dari kultur jaringan. Beberapa produsen benih miliki perusahaan besar seperti Wilmar, Sinar Mas dan Socfindo.
Sinar Mas grup mengembangkan Smart Biotechnology Center di Sentul, Jawa Barat. Wilmar juga telah membangun laboratorium kultur jaringan di Cikarang dan di Medan. Demikian juga Socfindo telah mengembangkan lab kuljar di Medan. Melalui penerapan bioteknologi para produsen benih ini berusaha mengekselarasi penemuan bahan tanam baru yang lebih unggul dari hasil konvensional.
Menurut Toni Liwang, Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Produsen Benih Sawit Indonesia (FKPBSI), penerapan bioteknologi tengah bergerak ke arah komersialisasi. Sejumlah produsen benih masih terus melakukan penelitian terkait perbanyakan kultur jaringan dan pemuliaan yang berlangsung secara in vitro. Akselerasi untuk menghasilkan bahan tanam unggul turut didukung dengan penerapan teknologi dibidang genetika seperti marka molekuler untuk mengindentifikasi gen-gen yang berkontribusi kepada karakter yang bermanfaat, cis genik untuk menyisip gen-gen unggul antar spesies kelapa sawit dan juga gen editing untuk memperbaiki gen untuk menghasilkan karakter yang dibutuhkan.
“Beberapa tahun ke depan produsen benih sudah siap menghasilkan bahan tanam yang lebih baik melalui kultur jaringan”, kata Tony.
Menyikapi hal tersebut Direktur Perbenihan, Ditjebun, Ir. H. Muhammad Anas M.Si, menyatakan pemerintah akan menyiapkan regulasi untuk mendukung perkembangan industri benih tersebut. “Saat ini Ditjebun telah menyiapkan berbagai standar untuk dimungkinkannya benih asal kuljar di sertifikasi. Selain itu kami juga menyusun berbagai pedoman untuk memberikan kaidah bagi daerah untuk melakukan pengawasan terkait peredaran benih kuljar”, jelas Anas.
Direktur Perbenihan memastikan regulasi yang disusun akan memberikan daya dukung terhadap pengembangan industri benih berbasis kuljar di Indonesia, yang di sisi lain akan memberikan perlindungan terhadap keberlanjutan industri benih dalam negeri tersebut. Mengingat saat ini benih kuljar asal luar negeri sudah siap menyerbu pasar dalam negeri.